“ Telaah Aqidah Akhlak Kelas XI “
Makalah
Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“
Telaah Materi PAI III ”
Dosen
Pengampu : Ibu. Drs. Abdurrozaq Assowy
Disusun Oleh :
Ahmad Ainurrizal
(141310003100)
4 PAI A2
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA’
(UNISNU)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
TAHUN 2015/2016
Jln. Taman Siswa No. 9 Pekeng Tahunan Jepara
Kode pos 59427, Telp./Fax (0291) 593132
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah dan inayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah bertema ” Telaah Aqidah Akhlak Kelas XI ” sebagai
salah satu tugas kelompok mata kuliah Telaah Materi PAI III
Dalam menyelesaikan
makalah ini, kami mendapatkan begitu banyak bimbingan dari berbagai pihak,
untuk itu saya mengucapkan banyak terimakasih kepada siapa saja yang membantu
dalam menyelesaikan makalah ini.
Mudah-mudahan makalah
ini dapat memberikan manfaat
dalam segala bentuk belajar mengajar, Sehingga dapat mempermudah pencapaian
tujuan pendidikan nasional. Namun makalah ini masih belum sempurna, oleh karena
itu saya mengharap kritik dan sarannya yang akan menjadikan makalah ini lebih
baik.
Jepara, Juni 2016
Penyusun
Daftar isi
Kata pengantar......................................................................................................... i
Daftar isi.................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A. Deskripsi Kurikulum.................................................................................... 3
B. Analisis Silabus......................................................................................... 15
C. Analisis SWOT.......................................................................................... 20
D. Problematika Pengajaran........................................................................... 24
E. Penyelesaian Masalah................................................................................ 24
BAB III PENUTUP............................................................................................. 27
A. Simpulan.................................................................................................... 27
B. Kritik dan Saran........................................................................................ 28
REFERENSI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fungsi pendidikan agama Islam untuk membentuk
manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan
antar umat beragama, dan ditujukan untuk berkembangnya kemampuan peserta didik
dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan
penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Untuk merespons
beragam kebutuhan masyarakat modern, seluruh elemen dan komponen bangsa harus menyiapkan
generasi masa depan yang tangguh melalui beragam ikhtiyar komprehensif. Hal ini
dilakukan agar seluruh potensi generasi dapat tumbuh kembang menjadi hamba
Allah yang dengan karakteristik beragama secara baik, memiliki cita rasa
religiusitas, mampu memancarkan kedamaian dalam totalitas kehidupannya.
Aktivitas beragama bukan hanya yang berkaitan dengan aktivitas yang tampak dan
dapat dilihat dengan mata, tetapi juga aktivitas yang tidak tampak yang terjadi
dalam diri seseorang dalam beragam dimensinya. Sebagai ajaran yang sempurna dan
fungsional, agama Islam harus diajarkan dan diamalkan dalam kehidupan nyata,
sehingga akan menjamin terciptanya kehidupan yang damai dan tenteram. Oleh
karenanya, untuk mengoptimalkan layanan pendidikan Islam di Madrasah, ajaran
Islam yang begitu sempurna dan luas perlu dikemas menjadi beberapa mata
pelajaran yang secara linear akan dipelajari menurut jenjangnya.
Pengemasan ajaran Islam dalam bentuk mata
pelajaran di lingkungan Madrasah dikelompokkan sebagai berikut; diajarkan mulai
jenjang Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah Peminatan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu-ilmu Sosial, Ilmu-ilmu Bahasa dan
Budaya, serta Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) meliputi; a) Al-Qur’an-Hadis b)
Akidah Akhlak c) Fikih d) Sejarah
Kebudayaan Islam. Pada jenjang Madrasah Aliyah
Peminatan Ilmu-ilmu Keagamaan dikembangkan kajian khusus mata pelajaran yaitu:
a) Tafsir-Ilmu Tafsir b) Hadis-Ilmu Hadis c) Fikih-Ushul Fikih d) Ilmu Kalam
dan e) Akhlak. Untuk mendukung pendalaman kajian ilmu-ilmu keagamaan pada
peminatan keagamaan, peserta didik dibekali dengan pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam (SKI) dan Bahasa Arab. Sebagaimana kaidah Ushul Fikih, mālā yatimmu
al-wājibu illā bihī fahuwa wājibun, (suatu kewajiban tidak menjadi
sempurna tanpa adanya hal lain yang menjadi pendukungnya, maka hal lain
tersebut menjadi wajib
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana deskripsi
tentang kurikulum?
2. Seperti apa ruang
lingkup SK 6 Akidah Akhlak?
3. Bagaimana analisis
silabus SK 6 Akidah Akhlak?
4. Apa probelmatika
silabus SK 6 Akidah Akhlak?
5. Bagaimana alternatif
penyelesaian masalah SK 6 Akidah Akhlak?
C. Tujuan Penulisann
1. Dapat mengetahui
deskripsi tentang kurikulum.
2. Mengetahui ruang
lingkup SK 6 Akidah Akhlak.
3. Dapat
menganalisis silabus SK 6 Akidah Akhlak
4. mengetahui probelmatika
SK 6 Akidah
Akhlak
5. dapat menemukan
alternatif penyelesaian masalah SK 6 Akidah Akhlak
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Diskripsi Kurikulum
Kurikulum Pendidikan
Agama Islam merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan dan
dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan dalam mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam. Kurikulum sebagai program pendidikan ini berfungsi
sebagai pedoman dan alat dalam menyelenggarakan kependidikan dan kegiatan
pembelajaran dalam rangka pencapaian tujuan. adapun fungsi lain dari kurikulum,
yaitu sebagai berikut :
1) Kurikulum berfungsi
sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan.
2) Kurikulum sebagai
batasan dari program kegiatan pada tingkatan pendidikan.
3) Kurikulum sebagai
pedoman dalam penyelenggaraan proses pembelajaran
Berdasarkan penjelasan
fungsi kurikulum diatas, dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan komponen
dari pendidikan yang memegang peranan yang begitu penting, termasuk bagi
pelaksanaan dan penyelenggaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Kurikulum Aqidah Akhlak
merupakan salah satu bagian integral dari Pendidikan Agama Islam. Sehubungan
dengan ini, kurikulum Sejarah Kebudayaan Islam memiliki peran yang sangat
mendukung dalam pencapaian tujuan dari kurikulum Pendidikan Agama Islam. Oleh
karena itu, dalam merencanakan dan menyusun kurikulum, guru diharapkan agar
cermat dan teliti. Karena, sebuah kurikulum itu memiliki sejumlah komponen yang
saling terkait erat satu sama lain. Dan secara teoritis, penyusunan kurikulum
harus berdasarkan asas dan orientasi tertentu.
Berdasarkan uraian
diatas, maka kami menganggap bahwa penulisan mengenai Telaah Kurikulum Aqidah
Akhlak ini sangat penting
untuk dibahas,
karena mengingat peranan dan fungsinya yang cukup penting dalam pencapaian
tujuan Pendidikan Agama Islam.
Di dalam UU No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu bidang studi yang harus
dipelajari oleh peserta didik di madrasah adalah pendidikan agama Islam, yang
dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.
1. Identitas Materi
Mata pelajaran
Akidah-Akhlak di Madrasah Aliyah adalah salah satu mata pelajaran PAI yang
merupakan peningkatan dari akidah dan akhlak yang telah dipelajari oleh peserta
didik di Madrasah Tsanawiyah/SMP.
Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara mempelajari dan memperdalam aqidah-akhlak
sebagai persiapan untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi dan untuk
hidup bermasyarakat dan/atau memasuki lapangan kerja. Pada aspek aqidah
ditekankan pada pemahaman dan pengamalan prinsip-prinsip aqidah Islam, metode
peningkatan kualitas aqidah, wawasan tentang aliran-aliran dalam aqidah Islam
sebagai landasan dalam pengamalan iman yang inklusif dalam kehidupan
sehari-hari, pemahaman tentang macam-macam tauhid seperti tauhid uluhiyah, tauhid rububiyah, tauhid ash-shifat wa al-af’al,
tauhid rahmaniyah, tauhid mulkiyah, dan lain-lain serta perbuatan syirk dan
implikasinya dalam kehidupan. Sedangkan pada aspek akhlak di samping berupa
pembiasaan dalam menjalankan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela
sesuai
dengan tingkat perkembangan peserta didik, juga
mulai diperkenalkan tasawuf dan metode peningkatan kualitas akhlak.
Secara substansial mata pelajaran Aqidah-Akhlak
di MA memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk
mempelajari dan mempraktikkan aqidahnya dalam bentuk pembiasaan untuk melakukan
akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari.
Al-Akhlaq al-karimah ini sangat penting untuk dipraktikkan dan dibiasakan oleh
peserta didik dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan berbangsa, terutama
dalam rangka mengantisipasi dampak negatif dari era globalisasi dan krisis
multidimensional yang melanda bangsa dan Negara Indonesia.
2. Standar
Kompetensi/Kompetensi Inti
1) Menghayati dan
mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2) Mengembangkan perilaku
(jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai,
responsif dan pro aktif) dan menunjukan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
3) Memahami dan menerapkan
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesiϐik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
4) Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan
ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif,
sertamampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan
3.
Kompetensi Dasar
·
Menghayati nilai-nilai
positif dalam pergaulan remaja
1)
Memiliki sikap positif
dari adab berpakaian an
berhias, perjalanan, bertamu dan menerima tamu
·
Menghindari perilaku
pergaulan remaja yang tidak sesuai dengan akhlak Islam dalam fenomena kehidupan Buku Guru Kelas XI 98
1)
Memiliki sikap yang
tegas menghindari perilaku pergaulan remaja yang tidak sesuai dengan akhlak
Islami dalam fenomena kehidupan.
·
Memahami pentingnya
akhlak terpuji dalam pergaulan remaja
1)
Menjelaskan pentingnya
akhlak terpuji dalam pergaulan remaja
2)
Menunjukkan bentuk dan
contoh-contoh perilaku terpuji dalam pergaulan remaja
3)
Menyebutkan
bentuk-bentuk akhlak tercela dalam pergaulan remaja
·
Menunjukkan contoh
akhlak terpuji dalam pergaulan remaja
1)
Mendemonstrasikan
contoh akhlak terpuji dalam pergaulan remaja
4.
Indikator
1)
Menjelaskan Pengertian
dan pentingnya akhlak terpuji dalam pergaulan remaja.
2)
Mendeskripsikan
Pengertian dan pentingnya akhlak terpuji dalam pergaulan remaja.
3)
Menganalisis tentang Pengertian
dan pentingnya akhlak terpuji dalam pergaulan remaja.
4)
Menyimpulkan tentang
Pengertian dan pentingnya akhlak terpuji dalam pergaulan remaja.
5. Tujuan dan Orientasi
Mata pelajaran Aqidah-Akhlak bertujuan untuk:
1)
Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman
peserta didik tentang aqidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus
berkembang keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT;
2)
Mewujudkan
manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam
kehidupan sehari-hari baik dalam
kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan
nilai-nilai aqidah Islam.
.
6.
Materi Pembelajaran
AKHLAK PERGAULAN REMAJA
A. Perilaku Terpuji dalam Pergaulan Remaja
Remaja adalah kelompok
dari manusia yang baru tumbuh dari masa kanak-kanak kemasa dewasa, yaitu antara
usia 13-19 tahun. Sebelum masa remaja ,
seorang anak akan melewati masa peralihan (adolesen) yaitu antara usia 9- 13
tahun, yang dikenal sebagai masa pubertas. Dalam masa ini seorang anak memiliki
dorongan kuat untuk mengaktualisasikan diri menurut jenis kelamin untuk
mendapatkan pengakuan sebagai penegasan identitas diri baik dari segi ϐisik
maupun biologis. Masa remaja adalah masa yang labil bagi anak.
1.
Perilaku terpuji dalam
pergaulan remaja
a. Persaudaraan (ukhuwah)
Dalam rangka menjaga kesucian pergaulan remaja agar
terhindar dari perbuatan zina, islam telah membuat batasan-batasan sebagai
berikut :
1)
Laki-laki tidak boleh
berdua-duaan dengan perempuan yang bukan mahramnya. 99 Akidah Akhlak Kurikulum
2013
2)
Laki-laki dan perempuan
yang bukan muhrim tidak boleh bersentuhan secara fisik.
b. Mengembangkan wawasan
keilmuan
c. Menghormati dan
menghargai (tasamuh)
2.
Nilai positif perilaku
terpuji dalam pergaulan remaja
a. Menumbuhkan sikap arif
dan bijaksana
b. Menumbuhkan sikap
disiplin diri
c. Menumbuhkan sikap
mandiri
d. Menumbuhkan sikap
tanggungjawab
3.
Membiasakan perilaku
terpuji dalam pergaulan remaja
a. Menutup Aurat
b. Mengajak untuk berbuat
kebaikan
c. Mengisi waktu luang
dengan kegiatan yang bermanfaat
d. Menghormati orang yang
lebih tua dan menyayangi yang lebih muda
e. Bersikap santun dan
tidak sombong
B. Perilaku Tercela dalam
Pergaulan Remaja
Perilaku tercela remaja
mengambil bentuk dengan apa yang kemudian disitilahkan dengan kenakalan remaja.
Kenakalan remaja (juvenile delinquency) adalah gejala sakit (patologis) secara
sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian
sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Istilah
kenakalan remaja mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima sosial sampai
pelanggaran status hingga tindak kriminal.
1.
Perilaku tercela dalam
pergaulan remaja
a. Pergaulan bebas (free
sex)
b. Tawuran antar pelajar
c. Mengkonsumsi minuman
keras
d. Penyalahgunaan narkoba
2.
Nilai negatif perilaku
tercela dalam pergaulan remaja
a. Bertentangan dengan
nilai-nilai ajaran agama
b. Hilangnya budaya malu
c. Menimbulkan masalah
kesehatan
3.
Menghindari perilaku
tercela dalam pergaulan remaja
a. Meningkatkan kadar iman
dan amal sholeh
b. Meningkatkan kualitas
ahlak dan etika bergaul
c. Mengatur waktu dengan
baik
7. Strategi Pelaksanaan
Pembelajaran
a. Strategi : Contectual Teaching Learning (CTL)
Keterangan
Strategi Contectual Teaching Learning (CTL) merupakan
konsep belajar yang membantu guru dalam mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka.
b. Model : Kooperatif
Keterangan
Model pembelajaran Kooperatif dapat diartikan belajar
bersama-sama, saling membantu antara satu dengan yang lain dan memastikan bahwa
setiap orang dalam kelompok untuk mencapai tujuan atau tugas yang telah
ditentukan sebelumnya.
c. Pendekatan : Analisis dan pendekatan proses
Keterangan
Definisi dari pendekatan adalah proses, perbuatan atau
cara untuk mendekati. Sedangkan pendekatan Analisis (Analytical Approach)
merupakan pendekatan yang didasarkan pada seperangkat ungkapan-ungkapan dan
asumsi-asumsi. Pendekatan Proses merupakan pendekatan pengajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses.
d. Metode
Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar pembelajaran agar
peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah
ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan
kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi
yang hendak dicapai pada setiap indicator dan kompetensi yang hendak dicapai
pada setiap mata pelajaran. Berikut akan kami paparkan dan dikaji secara
detai macam-macam metode pembelajaran yang efektif untuk dapat dilaksanakan.
Khususnya para pendidik atau juga para calon pendidik. Selama ini kita hanya
familiar atau bahkan selalu hanya menggunakan metode seperti ceramah.
padahal banyak sekali selain metode tersebut yang dapat digunakan dan
efektif dalam usaha meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi yang
kita sampaikan dan pada akhirnya tujuan dari pembelajaran yang sudah kita
tetapkan di awal tercapai dengan baik dan akan tecipta pembelajaran yang
berkualitas serta tercipta pengalaman-pengalaman yang menarik. Berikut ini
metode yang kami coba terapkan pada pembelajaran Aqidah Akhlak. Metode tersebut
antara lain : Ceramah, pemutaran video, apresepsi dan diskusi, metode
resitrasi (recitation method), metode perancangan (projeck method), metode
discovery, metode inquiry, metode belajar cooperative script, metode
jigsaw, metode mind mapping dan metode pemberian tugas.
Keterangan :
1. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah penerangan secara lisan atas
bahan pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan
pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Seperti ditunjukkan
oleh Mc Leish (1976), melalui ceramah, dapat dicapai beberapa tujuan.
Dengan metode ceramah, guru dapat mendorong timbulnya inspirasi
bagi pendengarnya atau peserta didik. Gage dan Berliner (1981:457),
menyatakan metode ceramah cocok untuk digunakan dalam pembelajaran dengan
ciri-ciri tertentu. Ceramah cocok untuk penyampaian bahan belajar
yang berupa informasi dan jika bahan belajar tersebut sukar didapatkan.
2. Metode Resitrasi
(Pemberian Tugas)
Metode resitasi adalah suatu metode mengajar dimana
siswa diharuskan membuat resume dengan kalimat sendiri dari buku pelajaran atau
materi yang disampaikan oleh guru. (http://re-searchengines.com/art05-65.html).
3. Metode Discovery
Metode Discovery menurut Suryosubroto (2002:192)
diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran
perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum sampai kepada
generalisasi.
4. Metode Inquiry
Metode inquiry adalah metode yang mampu menggiring
peserta didik untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar. Inquiry
menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif (Mulyasa ,
2003:234).
5. Metode Belajar
Cooperative script
Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa
bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi
yang dipelajari.
6. Metode Jigsaw
Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang
dikembangkan oleh Elliot Aronson’s. Model pembelajaran ini didesain untuk
meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan
juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang
diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi
tersebut kepada kelompoknya. Pada model
pembelajaran jigsaw ini keaktifan siswa (student
centered) sangan dibutuhkan, dengan dibentuknya kelompok-kelompok
kecil yang beranggotakan 3-5 orang yang terdiri dari kelompok asal dan kelompok
ahli.
7. Metode Mind Mapping
Bentuk mind mapping seperti peta sebuah jalan di kota
yang mempunyai banyak cabang. Seperti halnya peta jalan kita bisa membuat
pandangan secara menyeluruh tentang pokok masalah dalam suatu area yang sangat
luas. Dengan sebuah peta kita bisa merencanakan sebuah rute yang tercepat dan
tepat dan mengetahui kemana kita akan pergi dan dimana kita berada. Mind
mapping bisa disebut sebuah peta rute yang digunakan ingatan, membuat kita bisa
menyusun fakta dan fikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja otak kita yang
alami akan dilibatkan sejak awal sehingga mengingat informasi akan lebih mudah
dan bisa diandalkan daripada menggunakan teknik mencatat biasa.
8. Metode Keteladanan
yaitu memberikan teladan atau contoh yang baik kepada
peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Metode ini merupakan pedoman
untuk bertindak dalam merealisasikan tujuan pendidik. Pelajar cenderung
meneladani pendidiknya, ini dilakukan oleh semua ahli pendidikan, baik di barat
maupun di timur. Dasarnya karena secara psikologis pelajar memang senang meniru,
tidak saja yang baik, tetapi yang tidak baik juga ditiru.
9. Metode Pembiasaan
Yaitu membiasakan seorang peserta didik untuk
melakukan sesuatu sejak dia lahir. Inti dari pembiasaan ini adalah pengulangan,
jadi sesuatu yang dilakukan peserta didik hari ini akan diulang keesokan
harinya dan begitu seterusnya.
10. Metode Ibrah dan
Mau’idzah
Metode Ibrah adalah penyajian bahan pembelajaran yang
bertujuan melatih daya nalar pembelajar dalam menangkap makna terselubung dari
suatu pernyataan atau suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia kepada
intisari sesuatu yang disaksikan, yang dihadapi dengan menggunakan nalar.
Sedangkan metode Mau’izah adalah pemberian motivasi dengan menggunakan
keuntungan dan kerugian dalam melakukan perbuatan.
8. Langkah-Langkah
Pembelajaran
Kegiatan
|
Waktu
|
Aspek life skill
|
Pertemuan ke pertama (ke 1) ( 2 x 45 Menit )
§ Kegiatan Awal :
Apersepsi dan Motivasi :
- Memberikan salam pembuka
- Menanyakan kepada siswa tentang Pengertian dan pentingnya akhlak
terpuji dalam pergaulan remaja.
- Memotivasi siswa untuk mempelajari Pengertian dan pentingnya akhlak terpuji dalam
pergaulan remaja.
§ Kegiatan inti
Eksplorasi
- Tanya jawab awal tentang
Pengertian dan pentingnya akhlak terpuji dalam pergaulan remaja.
- Guru memberikan ilustrasi tentang Pengertian dan pentingnya
akhlak terpuji dalam pergaulan remaja.
- Guru menyebutkan Pengertian dan pentingnya akhlak terpuji dalam
pergaulan remaja.
Elaborasi
- Mendiskusikan dalam kelompok tentang Pengertian dan pentingnya
akhlak terpuji dalam pergaulan remaja.
Konfirmasi
- Siswa mempresentasi hasil diskusi kelompok tentang Pengertian
dan pentingnya akhlak terpuji dalam pergaulan remaja.
§ Kegiatan penutup.
- Guru mengajak siswa untuk
membuat kesimpulan Pengertian dan pentingnya akhlak terpuji dalam pergaulan
remaja.
- Guru memberikan tes secara lisan tentang Pengertian dan
pentingnya akhlak terpuji dalam pergaulan remaja.
- Memberikan salam penutup
|
10
65
15
|
Pemahaman Konsep
|
9. Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi hasil belajar dapat dilakukan dengan berbagai
cara, diantaranya:
Indikator Pencapaian Kompetensi
|
Teknik Penilaian
|
Bentuk Penilaian
|
Contoh Instrumen
|
Ø
Menjelaskan tata cara
pergaulan remaja
|
Tes Tulis
|
Uraian
|
Ø
Jelaskan tata cara
pergaulan remaja?
|
Ø
Memberi contoh
prilaku terpuji dalam pergaulan remaja
|
Tes Tulis
|
Jawab Singkat
|
Ø
Sebutkan contoh
prilaku terpuji dalam pergaulan remaja ?
|
Ø Membandingkan pergaulam islami dan pergaulan yang
tidak islami
|
Tes Tulis
|
Uraian
|
Ø
Jelaskan perbedaan
pergaulam islami dan pergaulan yang tidak islami ?
|
10. Sumber dan Referensi
Pembelajaran
ü
Internet dan Intranet
ü
Buku paket Aqidah Akhlak
yang relevan
ü
LKS Aqidah Akhlak
ü
LCD
ü
Dll
B.
Analisis Komprehensif Silabus dan Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
Dari format silabus yang dijadikan sebagai studi kasus dalam makalah ini,
secara garis besar didapatkan temuan-temuan sebagai berikut (lihat
tabel):
Tabel Kesesuaian Materi Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah Kelas X dengan Prinsip-Prinsip Pengembangan
No
|
Prinsip Pengembangan
|
Hasil Analisis
|
||
Terpenuhi
|
Cukup
|
Kurang
|
||
1
|
Ilmiah
|
✓
|
||
2
|
Relevan
|
✓
|
||
3
|
Sistematis
|
✓
|
||
4
|
Konsisten
|
✓
|
||
5
|
Memadai
|
✓
|
||
6
|
Aktual dan kontekstual
|
✓
|
||
7
|
Fleksibel
|
✓
|
||
8
|
Menyeluruh
|
✓
|
||
9
|
Efektif
|
✓
|
||
10
|
Efisien
|
✓
|
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa, kesesuaian silabus yang dirumuskan
dengan prinsip-prinsip pengembangan yang seharusnya menjadi rujukan dalam
merancang dan membangun pelajaran SKI agar maksiamal dapat dijabarkan sebagai berikut:
1)
Aspek Prinsip Ilmiah
Pada aspek
keilmiahan menunjukkan materi dan kegiatan yang termuat dalam komponen silabus dapat dipertanggungjawabkan
secara keilmuan. Pengembangan indilkator, materi pembelajarn, kegiatan
pembelajaran, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar telah mengacu pada
pencapaian kompetensi dasar dan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan
sumber daya yang ada dan berpedoman pada standar isi yang ditetapkan oleh PEMENAG No 2 tahun 2008 dan hal
itu menjadikan materi ini sesuai bila digunakan dalam pembelajaran Aqidah Akhlak
2)
Aspek Relevansi
Pada aspek relevansi
yang termuat dalam materi indikator dan teknik penilaian pembelajaran cukup menunjukkan adanya
keterkaitan terhadap kompetensi dasar, namun akan lebih baik jika siswa juga
melakukan eksplorasi terhadap potensi-potensi belajar lain.
3)
Aspek Sistematis
Pada aspek silabus terlihat adanya
hubungan fungsional antar komponen-komponen silabus dalam mencapai kompetensi. Hal tersebut menunjukan bahwa aspek ini sudah
terpenuhi. Silabus yang dirancang dengan sistematis menjadikan materi yang akan
disampaikan dapat diajarkan kepada siswa dengan runtut. Dalam penyusunan
silabus memperhatikan alokasi waktu yang disediakan per-semester. Implementasi
pemelajaran per-semester menggunakan penggalan silabus sesuai dengan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Inti sesuai dengan kurikulum yang ada. Dalam
merumuskan silabus harus dibuat dengan runtut dan terdiri dari beberapa
komponen dan harus disusun secara sistematis. Komponen yang terdapat dalam
silabus meliputi: Standar Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD) atau Kompetensi
Inti (KI), Hasil belajar, indicator hasil belajar, meteri pokok, kegiatan
pembelajaran, alokasi waktu, penilaian, sarana dan sumber
belajar. Pelaksanaan strategi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam akan
menuntut guru untuk bisa menjabarkan rencana pembelajaran secara sistematis
dengan target lebih konkret, serta didukung pula dengan penggunaan metode
dan media yang tepat.
4)
Aspek Konsisten
Pada aspek ini, di dalam
komponen-komponen silabus tersebut telah ada hubungan yang tetap antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar,
sumber belajar dan sistem penilaian. Pada aspek ini
konsitensinya telah terpenuhi, ini menandakan adanya hubungan yang
terus-menerus dan saling berkesinambungan antara komponen-komponen tersebut.
Konsistensi sangat diperlukan karena menghidari perubahan-perubahan yang
menyebabkan pembelajaran tidak dapat terlaksana dengan maksimal dan akan
membuat guru kebingungan ketika menyampaikan materi ajar dan siswa pun akan
dibuat kebingunan karena ketidak konsistensinan antara komponen-komponen yang ada
pada meteri pembelajaran yang digunakan.
5)
Aspek Memadai
artinya cakupan indikator, materi
pokok/pembelajaran, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian
cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar. Pada aspek ini dirasa cukup terpenuhi. Pada
pengalaman belajar akan menjadi contoh bagi para siswa tetapi tidak dapat
menyeluruh. Maka dari itu pada aspek ini kami rasa sudah cukup terpenuhi
6)
Aspek Aktual Dan Kontekstual
cakupan indikator dan sistem penilaian kurang memerhatikan perkembangan
ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata dengan peristiwa yang
terjadi. Sering kali saat
pembelajaran. Pada pelajaran Aqidah Akhlak banyak pelajaran yang harus
menggunakan sikap dan tingkah laku dan juga kenyataan yang ada. Maka dari itu
pada kenyataannya harus disesuaikan dengan baik dan diajarkan untuk memperteguh
keimanan para peserta didik
7)
Aspek Fleksibel
Pada mata pelajaran
Aqidah Akhlak kelas XI ini SK maupun KD yang diajarkan sudah cukup fleksible.
Artinya materi yang akan diajarkan juga bisa dosesuaikan mengikuti perkembangan
zaman.
8)
Aspek Menyeluruh
Dalam silabus dan pelaksanaan pembelajaran belum sepenuhnya menunjukkan keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, dan
psikomotori) seperti dalam taksonomi Bloom. Pada gambaran silabus tersebut
tujuan Psikomotorik lebih banyak ditonjolkan,
tujuan psikomotorik (yang terdiri dari
meniru, menggunakan, ketepatan, merangkaikan dan naturalisasi) sudah terpenuhi. Karena pada
pembelajaran kali ini akan lebih banyak menekankan pada sikap dan perilaku
dalam pergaulan remaja, sehingga dalam pergaulan remaja nanti tidak terjerumus
kedalam pergaulan yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam. Selain itu aspek
kognitif dan juga afektif juga sudah terpenuhi. Karena dalam pembelajarannya
juga terdapat beberapa materi sebagai penambah wawasan pengetahuan bagi para
siswa dan untuk pedoman dalam pergaulannya pada masa remaja nanti
9)
Aspek Efektif
Komponen-komponen silabus cukup
menggambarkan keterlaksanaan
silabus tersebut dalam proses pembelajaran. Namun untuk komponen penilaian tes
yang dikembangkan belum menunjukkan efektifitas guru dalam mengumpulkan
informasi tentang tingkat penguasaan materi pelajaran siswa yang diajarnya atau
efektivitas pembelajaran yang telah dilakukan. Artinya skala yang digunakan
oleh guru dalam menilai hasil belajarnya hanya berdasarkan tujuan kognitif
saja, sementara itu penilaian tentang tujuan afektif dan psikomotorik belum
dimunculkan. Proses pembelajaran
dapat berlangsung efektif manakala dilaksanakan oleh guru profesional dan
dijiwai semangat profesionalisme yang tinggi. Guru professional adalah
guru yang memiliki keahlian yang memadai, rasa tanggung jawab yang
tinggi serta memiliki rasa kebersamaan. Mereka mampu melaksanakan
fungsi-fungsinya sebagai pendidik dan bertanggung jawab mempersiapkan
siswa bagi perannya dimasa depan. S. Nasution dalam bukunya M.
Saekhan Muchith menjelaskan bahwa pembelajaran yang efektif tidak cukup
hanya ditentukan oleh kemampuan atau kualitas guru saja, tetapi juga
ditentukan oleh berbagai elemen atau faktor secara simultan. Oleh sebab itu dalam melaksanakan pembelajaran guru
dituntut memiliki kemampuan untuk melaksanakan perencanaan atau persiapan
yang matang. Salah satu perencanaan harus didasarkan atas kondisi atau
potensi yang dimiliki oleh siswa.
10) Aspek Efisien
Efisiensi waktu dirasa sudah cukup. Karena pada penyampaian materi ini tidak terlalu
membutuhkan banyak waktu. Karena pada materi Aqidah Akhlak tidak begitu banyak
materi
Demikian uraian analisis dari silabus dan materi dari mata pelajaran Aqidah Akhlak Kelas XI di Madrasah Aliyah yang telah
ditampilkan..
C.
Analisis SWOT Mata
Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas XI
Analisis SWOT adalah
suatu bentuk analisis di dalam manajemen perusahaan atau di dalam organisasi
yang secara sistematis dapat membantu dalam usaha penyusunan suatu rencana yang
matang untuk mencapai tujuan, baik itu tujuan jangka pendek maupun tujuan jangkan
panjang. Namun, pada kesempatan kali ini analisis SWOT digunakan
dalam menganalisa mata pelajaran Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah kela XI. Atau
definisi analisis SWOT yang lainnya yaitu sebuah bentuk analisa situasi dan
juga kondisi yang bersifat deskriptif (memberi suatu gambaran). Analisa
ini menempatkan situasi dan juga kondisi sebagai sebagai faktor masukan, lalu
kemudian dikelompokkan menurut kontribusinya masing-masing. Satu hal yang perlu
diingat baik-baik oleh para pengguna analisa ini, bahwa analisa SWOT ini
semata-mata sebagai suatu sebuah analisa yang ditujukan untuk menggambarkan
situasi yang sedang dihadapi, dan bukan sebuah alat analisa ajaib yang mampu
memberikan jalan keluar yang bagi permasalahan yang sedang dihadapi.
1. Strength (kekuatan).
Faktor-faktor kekuatan dalam mata pelajaran Aqidah
Akhlak kelas XI meliputi kompetensi khusus atau keunggulan-keunggulan lain yang
berakibat pada nilai plus atau keunggulan komparatif pelajaran tersebut.
Hal-hal yang menjadi kekuatan atau kelebihan dari Materi meliputi :
a. Membentuk watak dan
kepribadian umat. Sebab, dengan mempelajariAqidah akhlak kelas XI generasi muda
akan mendapatkan pelajaran yang dapat meningkatkan keimanan
dan juga membentuk sikap maupun perilaku siswa yang berakhlak baik
b. Pelajaran Aqidah Akhlak
Pelajaran yang dapat meningkatkan keimanan para siswa dan membentuk akhlak yang
baik bagi para siswa
c. Pembelajaran Aqidah
Akhlak disesuaikan dengan kebutuhan para peserta dan melalui pembaharuan setiap
perkembangan zaman. Maka dari itu mata pelajaran Aqidah Akhlak sangat cocok
untuk membina karakter bangsa.
d. Pada materi Aqidah
Akhlak di dalam Buku Kurikulum 2013, komponen materi disusun sangat runtut,
detail dan disertakan pula potret gambaran yang berhubungan dengan materi yang
disampaikan, sehingga siswa akan tertarik untuk membaca buku pelajaran
tersebut. Dan disertakan sebuah bagan atau skema (peta konsep) yang bisa
memudahkan pemahan siswa.
e. Dalam Buku Aqidah
Akhlak Madrasah Aliyah Kelas XI Kurikulum 2013 menggunakan kalimat yang mudah
dipahami oleh siswa dan penjelasan yang sederhana menjadikan siswa tidak merasa
kebingungan apabila ingin mempelajari sendiri di rumah.
f. Di dalam Buku Aqidah
Akhlak Madrasah Aliyah Kelas XI Kurikulum 2013 dilengkapi dengan glosarium dan
hal tersebut akan membantu siswa ketika menemukan pengertian dari sebuah
istilah atau kalimat yang sulit dipahami.
g. Lembar evaluasi siswa
yang lengkap, di dalamnya terdapat lembar mari berdiskusi, latihan menalar dan
menggabungkan, siswa diajak untuk aktif pada lembar mari bercerita, terdapat
pula lembar mari merenung sejenak yang dimaksudkan agar siswa mampu mengambil
ibrah dari setiap peristiwa yang terdapat dalam materi pelajaran, terdapat pula
lembar mari merefleksikan diri, yang artinya siswa dituntut mampu mengambil
ibrah dan juga mampu menerapkanya pada kehidupan sehari-hari. Dan terdapat
lembar mari berlatih yang bertujuan untuk mengasah pemahaman dan ingatan siswa
terhadap materi yang telah disampaikan.
2. Weaknesses (kelemahan).
Kelemahan adalah hal yang wajar dalam segala sesuatu
tetapi yang terpenting adalah bagaimana sebagai penentu kebijakan dalam lembaga
pendidikan bisa meminimalisasi kelemahan-kelemahan tersebut atau bahkan
kelemahan tersebut menjadi satu sisi kelebihan yang tidak dimiliki oleh lembaga
pendidikan lain. Kelemahan ini dapat berupa kelemahan dalam sarana dan
prasarana atau sumber daya pendidik dan isi dalam materi pembelajaran, kualitas
atau kemampuan tenaga pendidik, hal-hal tersebut meliputi:
a. Materi Aqidah Akhlak, terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif) dan dalam
pembentukan sikap (afektif). Dalam
implementasinya juga didominasi oleh tujuan
pada aspek kognitif dan afektif dan sampai pada tingkat psikomotorik
b. Kurangnya dan Lemahnya
tenaga pengajar yang professional dalam bidang pelajaran Aqidah Akhlak di
lembaga-lembaga pendidikan Islam. Banyak guru yang tidak dapat mencerminkan
sikap atau perilaku yang berakhlak baik
c. Lembaga pendidikan
swasta yang pada umumya kurang bisa menangkap peluang, sehingga mereka hanya
puas dengan keadaan yang dihadapi sekarang ini.
d. Muatan materi yang
sangat banyak karena untuk menjelaskan secara detail terhadap suatu peristiwa
jutru mengakibatkan kesulitan belajar yaitu sulit untuk mengingat pelajaran
yang diberikan.
e. Kurangnya keikutsertaan
guru mata pelajaran lain dalam memberi motivasi kepada peserta didik untuk
mempraktekkan nilai-nilai Aqidah
maupun Akhlak dalam kehidupan sehari-hari.
f. Minimnya
berbagai sarana pelatihan dan pengembangan, serta rendahnya peran serta orang
tua peserta didik.
3. Opportunities (Peluang).
Peluang adalah suatu kondisi keadaan atau lingkungan
eksternal yang menguntungkan bahkan menjadi formulasi dalam dalam pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam, Hal-hal yang menjadi peluang dalam pembelajaran Aqidah
Akhlak di Madrasah aliyah kelas XI tersebut meliputi:
a. Memberi peluang peserta
didik untuk menjadi lebih humanis, untuk mempertinggi harkat manusia merupakan
dasar filosofi, dasar teori, dasar evaluasi dan dasar pengembangan program
pendidikan.
b. Memberi ibrah pelajaran
untuk mewujudkan dalam amal perbuatan, serta dalam rangka membangun sikap
terbuka dan toleran atau semangat ukhuwah Islamiyah dalam arti luas.
c. Secara historis dan
realitas, mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim, bahkan merupakan
komunitas muslim terbesar di seluruh dunia. Ini adalah peluang yang sangat
strategis bagi pentingnya meningkatkan pengembangan materi Aqidah Akhlak di
lembaga-lembaga pendidikan Islam.
4. Threats (ancaman atau
hambatan).
Ancaman merupakan kebalikan dari sebuah peluang,
ancaman meliputi faktor-faktor lingkungan atau faktor-faktor laiannya yang
tidak menguntungkan bagi sebuah Mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas XI. Jika
sebuah ancaman tidak ditanggulangi maka akan menjadi sebuah penghalang atau
penghambat bagi maju dan peranannya sebuah lembaga pendidikan itu
sendiri. Contoh faktor yang menjadi ancaman tersebut adalah minat peserta
didik baru yang menurun, motivasi belajar peserta didik yang rendah, kurangnya
kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan tersebut dan
lain-lain. Hal-hal yang menjadi ancaman dalam pembelajaran Aqidah Akhlak
meliputi:
a. Kurangnya waktu atau
waktu yang disediakan terbatas sedang
materi begitu padat dan memang
penting sering kali tidak dapat disampaikan secara maksimal, oleh karena itu
waktu yang disediakan hendaaknya bisa lebih panjang.
b. Antara
harapan dan kenyataan Aqidah Akhlak di MA kelas XI memang kurang ideal karena
kebanyakan para pendidik menggunakan metode ceramah dan hafalan yang berakibat
pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik hanya terbatas.
c. Sedikitnya guru
profesional yang benar-benar mendalami materi Aqidah Akhlak atau ketidak
sesuaian materi yang diajarkan dengan keilmuan yang dipelajari sewaktu menempuh
program sarjana. Hal ini merupakan kelemhan dan sekaligus ancaman terhadap
materi pelajaran Aqidah Akhlak
d. Penggunaan metode yang
tidak efektif dan efisien yang menimbulkan kejenuhan belajar pada siswa.
D.
Problematika Pengajaran
Sejarah Kebudayaan Islam di Tingkat Madrasah Aliyah
Penggunaan metode yang
digunakan oleh para guru biasanta hanya menggunakan metode yang tetap atau
monoton. Padahal pada mata pelajaran Aqidah Akhlak ini, guru harus menggunakan
metode yang bervariasi. Sehingga para murid dulit memahami apa yang disampaikan
oleh guru. Dan juga dalam mempraktikkannya murid juga tidak banyak dalam hal
tersebut. Padahal mata pelajaran ini banyak menekankan pada aspek perilaku yang
dihasilkan atau yang dilakukan oleh siswa
E.
Penyelesaian
Masalah Terhadap Problematika Pengajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Setelah diketahui
adanya problematika seperti pada uraian di atas, maka diperlukan adanya
tindakan dalam memecahkan masalah tersebut agar proses pembelajaran
berjalan dengan baik sehingga kompetensi dasar dapat dicapai.
Meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.Adapun
alternatif dalam penyelesaian masalah dalam pengajaran Aqidah Akhlak antara
lain:
Ø Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini langkah yang dilakukan
adalah:
1) Membuat perencanaan
metode pembelajaran yang tepat sesuai materi pembelajaran.
2) Membuat lembar
observasi untuk menilai pola interaksi yang terjadi antara siswa dan guru
peneliti, yang diamati langsung oleh kolaborator.
3) Guru membuat evaluasi
formatif untuk mengetahui daya serap siswa.
Ø Pengamatan pada saat
pelaksanaan pembelajaran guru mengamati langsung kepada peserta didik bagaimana
respons peserta didik dalam menerima pelajaran yang telah disampaikan dengan
penggunaan metode yang diterapkan oleh guru. Apabila dirasa kurang bisa diserap
oleh sebagian murid maka sewaktu-waktu guru akan mengganti strategi
pembelajaran sesuai kemampuan siswa yang dirasa siswa enak dalam menerima
pelajaran tersebut.
Ø Refleksi dari berbagai
tindakan yang dilakukan, melalui Perencanaan, tindakan, pengamatan diperoleh
sebuah kesimpulan saran-saran yaitu Guru hendaknya harus mempersiapkan diri
sebelum dimulainya proses pembelajaran dengan baik, baik dalam persiapan
personal maupun materi, metode yang digunakan agar proses pembelajaran berjalan
dengan baik.
Ø Melalui pendekatan
pengajaran, cakupan materi pada setiap aspek dikembangkan dalam suasana
pembelajaran yang terpadu, meliputi:
1) Keimanan, yang
mendorong peserta didik untuk mengembangkan pemahaman dan keyakinan tentang
adanya Allah SWT. Sebagai sumber kehidupan.
2) Pengamalan,
mengkondisikan peserta didik untuk mempraktekkan dan merasakan hasil-hasil
pengamalan ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
3) Pembiasaan,
melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan sikap dan perilaku yang baik yang
sesuai dengan ajaran Islam yang dicontohkan guru yang profesional.
4) Rasional, usaha
meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran Aqidah Akhlak dengan
pendekatan yang memfungsikan rasio peserta didik, sehingga isi dan nilai-nilai
yang ditanamkan mudah dipahami dengan penalaran.
5) Emosional, upaya
menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam menghayati berbagai peristiwa
dalam kehidupan sehari-hari sehingga lebih terkesan dalam jiwa peserta
didik.
6) Fungsional, menyajikan
materi Aqidah Akhlak yang memberikan manfaat nyata bagi peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari dalam arti luas.
7) Keteladanan, yaitu
pendidikan yang guru serta komponen madrasah lainnya sebagai teladan; sebagai
cerminan dari individu
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Dari Telaah materi Aqidah Akhlak Kelas XI Madrasah Aliyah menunjukkan
bahwa, kesesuaian silabus yang dirumuskan dengan prinsip-prinsip pengembangan
yang seharusnya menjadi rujukan dalam merancang bangun dapat digambarkan
sebagai berikut:
Pertama, dari aspek prinsip ilmiah
menunjukkan materi dan kegiatan yang termuat dalam komponen silabus dapat
dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Kedua, dari aspek
relevansi materi indikator dan teknik penilaian pembelajaran cukup menunjukkan
adanya keterkaitan terhadap kompetensi dasar. Ketiga, dari
aspek sistematis silabus terlihat adanya hubungan fungsional antar
komponen-komponen silabus dalam mencapai kompetensi. Keempat, dari
aspek konsisten di dalam komponen-komponen silabus tersebut telah ada hubungan
yang ajek antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar,
sumber belajar dan sistem penilaian. Kelima, dari aspek
memadai cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, pengalaman belajar,
sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian
kompetensi dasar. Keenam, dari aspek aktual dan kontekstual
cakupan indikator dan sistem penilaian kurang memerhatikan perkembangan ilmu,
teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupn nyata dengan peristiwa yang
terjadi. Ketujuh, dari aspek fleksibel komponen silabus
indikator dan penilaian kurang dapat mengakomodasi peserta didik, pendidik,
serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan masyarakat. Karena tidak
muncul keterkaitan antara peristiwa yang dipelajari dengan aktualisasi pada
kehidupan sekarang. Kedelapan, dari aspek menyeluruh silabus
belum menunjukkan keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, dan
psikomotori) seperti dalam taksonomi Bloom. Kesembilan, dari
aspek efektif komponen-komponen silabus cukup menggambarkan keterlaksanaan silabus tersebut
dalam proses pembelajaran. Kesepuluh, dari aspek efisien daya dan waktu dapat diperkecil, namun belum tentu dapat
mencapai hasil atau standar kompetensi yang ditetapkan karena silabus tersebut
belum menggambarkan bagaimana tujuan afektif dan psikomotorik yang dapat dinilai
oleh guru.
Demikian uraian analisis dari
silabus mata pelajaran SKI yang ditampilkan. dan sebagai perbandingan dibawah
ini akan ditampilkan silabus yang telah disusun kembali.
B. Kritik dan Saran
Demikian makalah telaah Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah
kelas XI dari kami, semoga dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan kita
semua. Apabila ada kritik dan saran, silakan sampaikan langsung kepada kami.
Karena kritik dan saran dari pembaca tentu sangat dibutuhkan untuk bahan
intropeksi. Sehingga di masa yang mendatang, kami dapat menyusun makalah yang
lebih baik lagi. Dan jika ada kesalahan mohon dimaafkan, karena kaami hanyalah
hamba Allah SWT yang tidak luput dari khilaf, alfa dan lupa.
REFERENSI
Buku Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah Kelas XI Kurikulum
2013 (Khusus Siswa).
Buku Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah Kelas XI Kurikulum
KTSP
Silabus dan RPP Aaqidah Akhlak Madrasah Aliyah Kelas XI
Kurikulum 2013.
No comments:
Post a Comment