BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah filsafat Abad Pertengahan dimulai kira-kira pada abad ke-5 sampai
awal abad ke-17. Para sejarawan umumnya menentukan tahun 476, yakni masa
berakhirnya Kerajaan Romawi Barat yang berpusat di kota Roma dan munculnya
Kerajaan Romawi Timur yang kelak berpusat di Konstantinopel (sekarang
Istambul), sebagai data awal zaman Abad Pertengahan dan tahun 1492 (penemuan
benua Amerika oleh Columbus) sebagai data akhirnya.
Masa ini diawali dengan lahirnya filsafat Eropa. Sebagaimana halnya dengan
filsafat Yunani yang dipengaruhi oleh kepercayaan, maka filsafat atau pemikiran
pada Abad Pertengahan pun dipengaruhi oleh kepercayaan Kristen. Artinya,
pemikiran filsafat Abad Pertengahan didominasi oleh agama. Pemecahan semua
persoalan selalu didasarkan atas dogma agama, sehingga corak pemikiran
kefilsafatannya bersifat teosentris[1].
Adapun istilah Abad Pertengahan sendiri (yang baru muncul pada abad ke-17)
sesungguhnya hanya berfungsi membantu kita untuk memahami zaman ini sebagai
zaman peralihan (masa transisi) atau zaman tengah antara dua zaman penting
sesudah dan sebelumnya, yakni Zaman Kuno (Yunani dan Romawi) dan Zaman Modern
yang diawali dengan masa Renaissans pada abad ke-17.
Dengan demikian, bentangan waktu seribu tahun sejarah filsafat Barat Kuno
(Yunani dan Romawi) yang sudah kita bahas dilanjutkan dengan masa seribu tahun
sejarah filsafat Abad Pertengahan yang akan kita bahas dalam makalah ini.
Periode abad pertengahan mempunyai perbedaan yang mencolok dengan abad
sebelumnya. Perbedaan ini terletak pada dominasi agama. Timbulnya agama kristen
pada permulaan abad masehi membawa perubahan besar terhadap kepercayaan agama.
Zaman pertengahan adalah zaman keemasan bagi kekristenan[2]. Disinalah
yang menjadi persoalannya, karena agama kristen itu mengajarkan bahwa wahyu
tuhanlah yang merupakan kebenaran sejati. Hal ini berbeda dengan pandangan
yunani kuno mengatakan bahwa kebanaran dapat di capai oleh kemampuan akal[3].
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Ciri-ciri Filsafat Abad Pertengahan ?
2. Apa Pengertian Skolastik ?
3. Bagaimana Perjalanan filsafat Skolastik ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Ciri-ciri Filsafat Abad Pertengahan
2. Mengetahui Pengertian Skolastik
3. Mengetahui Perjalanan filsafat Skolastik
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ciri Filsafat Abad Pertengahan
Filsafat Abad Pertengahan dicirikan dengan adanya hubungan erat antara
agama Kristen dan filsafat. Dilihat secara menyeluruh, filsafat Abad
Pertengahan memang merupakan filsafat Kristiani. Para pemikir zaman ini hampir
semuanya klerus, yakni golongan rohaniwan atau biarawan dalam
Gereja Katolik (misalnya uskup, imam, pimpinan biara, rahib), minat dan
perhatian mereka tercurah pada ajaran agama kristiani.
Akan tetapi, orang akan sungguh-sungguh salah paham jika memandang filsafat
Abad Pertengahan semata-mata sebagai filsafat yang selalu berisi dogma atau
anjuran resmi Gereja. Sebab, sebagaimana nanti akan kita lihat, tema yang
selalu muncul dalam sejarah filsafat Abad Pertengahan adalah hubungan antara
iman yang berdasarkan wahyu Allah sebagaimana termaktub dalam kitab suci dan
pengetahuan yang berdasarkan kemampuan rasio manusia. Dan, dalam hal ini, tidak
semua pemikir abad pertengahan mempunyai jawaban yang sama.
Adanya beragai macam aliran pemikiran yang mengkaji tema tersebut
menunjukkan bahwa para pemikir pada zaman itu ternyata bisa berargumentasi
secara bebas dan mandiri sesuai dengan keyakinannya. Kendati tidak jarang
mereka, harus berurusan dan bentrok dengan para pejabat gereja sebagai otoritas
yang kokoh dan terkadang angkuh pada masa itu. Oleh karena itu, kiranya dapat
dikatakan bahwa filsafat abad pertengahan adalah suatu filsafat agama dengan
agama kristiani sebagai basisnya.
Periode abad pertengahan mempunyai perbedaan yang menyolok dengan abad
sebelumnya. Perbedaan itu terutama terletak pada dominasi agama. Timbulnya
agama Kristen yang diajarkan oleh nabi isa pada permualaan abad masehi membawa
perubahan besar terhadap kepercayaan keagamaan.
Agama Kristen menjadi problema kefilsafatan karena mengajarkan bahwa wahyu
Tuhanlah yang merupakan kebenaran yang sejati. Hal ini berbeda dengan pendangan
yunani kuno yang mengatakan bahwa kebanaran dapat dicapai oleh kemampuan akal.
Mereka belum mengenal adanya wahyu.
Mengenai sikap terhadap pemikiran Yunani ada dua[4]:
1. Golongan yang menolak sama sekali pemikiran Yunani, karena pemikiran Yunani
merupakan pemikiran orang kafir karena tidak mengakui wahyu.
2. Menerima filsafat yunani yang mengatakan bahwa karena manusia itu ciptaan
Tuhan maka kebijaksanaan manusia berarti pula kebijaksanaan yang datangnya dari
Tuhan. Mungkin akal tidak dapat mencapai kebenaran yang sejati. Oleh karena
itu, akal dapat dibantu oleh wahyu.
B. Pengertian Skolastik
Istilah skolastik adalah sifat yang berasal
dari kata school yang berarti sekolah jadi, skolastik berarti aliran,atau
yang berkaitan dengan sekolah. Perkataan skolastik merupakan corak khas dari
sejarah filsafat abad pertengahan.
Filsafat pada abad pertengahan adalah suatu
arah pemikiran yang berbeda sekali
dengan arah pemikiran dunia kuna. Filsafat abad pertengahan menggambarkan suatu
zaman yang baru sekali di tengah-tengah suatu rumpun bangsa yang baru, yaitu
bangsa Eropa barat. Filsafat yang baru ini disebut skolastik.
Sebutan
skolastik mengungkapkan, bahwa ilmu pengetahuan abad pertengahan diusahakan
oleh sekolah-sekolah, dan bahwa ilmu itu terikat pada tuntunan pengajaran di
sekolah-sekolah itu. Semula skolastik timbul di biara-biara tertua di Galia
Selatan, tempat pengungsian ketika ada perpindahan bangsa-bangsa. Sebab di
situlah tersimpan hasil-hasil karya para tokoh kuna dan para penulis kristiani.
Dari biara-biara di Gallia selatan itu pengaruh skolastik keluar sampai di
irlandia, di Nederland dan di jerman. Kemudian skolastik timbul di
sekolah-sekolah kapittel, yaitu sekolah-sekolah yang dikaitkan dengan gereja[5].
Terdapat beberapa pengertian dari corak khas skolastik, yaitu :
a.
Filsafat
skolastik adalah : Filsafat yg mempunyai corak semata-mata agama. Karena
skolastik ini sebagai bagian dari kebudayaan abad pertengaan yang religius
b.
Filsafat
Skolastik adalah : Filsafat yang mengabdi kepada teologi atau filsafat yang
rasional memecahkan persoalan-persoalan mengenai berfikir, sifat ada,
kejasmanian, kerohanian, baik buruk. Dari rumusan tsb kemudian muncul istilah :
Skolastik yahudi, Skolastik arab dan lain-lainnya
c.
Filsafat
Skolastik adalah : suatu system filsafat yang termasuk jajaran pengetahuan alam
kodrat, akan dimasukkan kedalam bentuk sintesa yang lebih tinggi antara
kepercayaan dan akal
d.
Filsafat
skolastik adalah filsafat Nasrani, karena banyak di pengaruhi oleh ajaran
gereja
Filsafat Skolastik ini dapat berkembang dan tumbuh karena beberapa
faktor yaitu :
v Faktor Religius
Faktor Religius dapat mempengaruhi corak pemikiran filsafatnya.
Yang di maksud dengan faktor religius adalah keadaan lingkungan saat itu yang
berperikehidupan religius . mereka
beranggaban bahwa hidup di dunia ini suatu perjalanan ketanah suci yerusalim.
Dunia ini bagaikan negeri asing dan sebagai tempat pembuangan limbah mata air
saja ( tempat kesedian ) sebagai dunia yang menjadi tanah airnya adalah surga.
Manusia tidak dapat sampai ketanah airnya ( surga ) dengan kemampuannya
sendiri, sehingga harus di tolong. Karena manusia itu menurut sifat kodrat nya
mempunyai cela atau kelemahan yang dilakukan (diwariskan) oleh Adam.
Mereka juga berkeyakinan bahwa Isa anak Tuhan berperan sebagai
pembebas dan pemberi bahagia. Ia akan memberi pengampunan sekaligus
menolongnya. Maka hanya dengan jalan pengampunan inilah manusia dapat tertolong
agar dapat mencapai tanah airnya ( Surga ). Anggapan dan keyakinan inilah yang
di jadikan dasar pemikiran filsafatnya
v Faktor Ilmu
Pengetahuan
Pada
saat itu telah banyak didirikan lembaga pengajaran yg di upayakan oleh
biara-biara, gereja ataupun dari keluarga istana dan kepustakaan nya di ambil
dari para penulis latin. Arab ( Islam ) dan Yunani
Masa Skolastik terbagi menjadi tiga periode
yaitu :
1.
Skolastik
Awal, berlangsung dari tahun 800-1200
2.
Skolastik
Puncak berlangsung dari tahun 1200-1300
3.
Skolastik
Akhir berlangsung dari tahun 1300-1450
C. Periode Skolastik (800-1500)
Zaman Skolastik dimulai sejak abad ke-9. Kalau tokoh masa Patristik adalah
pribadi-pribadi yang lewat tulisannya memberikan bentuk pada pemikiran filsafat
dan teologi pada zamannya, para tokoh zaman Skolastik adalah para pelajar dari
lingkungan sekolah-kerajaan dan sekolah-katedral yang didirikan oleh Raja Karel
Agung (742-814) dan kelak juga dari lingkungan universitas dan ordo-ordo
biarawan.
Dengan demikian, kata “skolastik” menunjuk kepada suatu periode di Abad
Pertengahan ketika banyak sekolah didirikan dan banyak pengajar ulung
bermunculan. Namun, dalam arti yang lebih khusus, kata “skolastik” menunjuk
kepada suatu metode tertentu, yakni “metode skolastik”.
Dengan metode ini, berbagai masalah dan pertanyaan diuji secara tajam dan
rasional, ditentukan pro-contra-nya untuk kemudian ditemukan
pemecahannya. Tuntutan kemasukakalan dan pengkajian yang teliti dan kritis atas
pengetahuan yang diwariskan merupakan ciri filsafat Skolastik.
Sesudah agustinus: keruntuhan. Satu-satunya pemikir yang tampil kemuka
ialah: Skotus Erigena (810-877). Kemudian: Skolastik, disebut demikian karena
filsafat diajarkan pada universitas-universitas (sekolah) pada waktu itu.
Persoalan-persoalan: tentang pengertian-pengertian umum (pengaruh plato).
Filsafat mengabdi pada theologi. Yang terkenal: Anselmus (1033-1100),
Abaelardus (1079-1142)[6].
Periode ini terbagi menjadi tiga tahap[7]:
1. Periode Skolstik awal (800-1200)
Sejak
abad ke-5 hingga ke-8 M pemikiran filsafat Patristik mulai merosot, terlebih
lagi pada abad ke-6 dan 7 di katakan abad kacau. Hal ini di sebabkan karena
pada saat itu terjadi serangan terhadap romawi, sehingga kerajaan Romawi
beserta peradabannya ikut runtuhyg telah di bangun selama berabad-abad di
bangun
Baru
pada abad ke-8 M kekuasaan berada di bawah Karel Agung ( 742-814 ) baru dapat
memberikan suasana ketenangan dalam bidang politik, kebudayaan dan ilmu
pengetahuan. Termasuk kehidupan manusia serta pemikiran filsafat yang
kesemuanya menampakkan mulai adanya kebangkitan. Kebangkitan inilah merupakan
kecermelangan abad pertengahan, di mana arah pemikirannya berbeda sekali dg
sebelum nya
Pada
saat inilah merupakan zaman baru bagi bangsa Eropa yang di tandai dengan
Skolastik yang di dalam nya banyak di upayakan ilmu pengetahuan yang di
kembangkan di sekolah-sekolah. Pada mulanya Skolastik ini timbul pertama
kalinya di biara Italia selatan dan akhirnya sampai berpengaruh ke Jerman dan
Belanda
Zaman
ini berhubungan dengan terjadinya perpindahan penduduk, yaitu perpindahan
bangsa Hun dan Asia masuk ke Eropa sehingga bangsa jerman pindah melewati
perbatasan kekaisaran Romawi yang secara politik sudah mengalami kemerosotan. Karena situasi yang ricuh, tidak banyak
pemikiran filsafat yang patut di tampilkan pada masa ini. Namun, ada beberapa
tokoh dan situasi penting yang harus diperhatiakan dalam memahami filsafat masa
ini.[8]
Kurikulum
pengajaran nya meliputi studi duniawi atau artes liberalis meliputi : tata bahasa, retorika, dialektika ( seni
berdiskusi ) ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu perbintangan dan musik
Di antara tokoh-tokohnya adalah :
1. Aquinas ( 735-805 )
2.
Johanes
Scotes eriugena ( 815-870 )
3.
Peter
Lombard ( 1100-1160 )
4.
John
Salisbury ( 1115-1180 )
5.
Peter
Abaelardus (1079-1180 )
v Peter Abaelardus ( 1079-1180 )
Ia di lahirkan
di Le Pallet, Perancis. Ia mempunyai kepribadian yang keras dan pandangan nya sangat tajam. Sehingga sering kali bertengkar dengan para ahli pikir dan pejabat gereja. Ia termasuk orang Konseptualisme dan
sarjana terkenal dalam sastra romantik, sekaligus sebagai rasionalistik, artinya
peranan akal dapat menundukkan kekuatan kekuatan iman. Iman harus mau di
dahului akal. Yang harus dipercaya adalah apa yang telah di setujui atau dapat di terima oleh
akal
Berbeda dengan Anselmus, yang mengatakan bahwa berpikir harus sejalan dengan iman, Abaelardus memberikan alasan bahwa berpikir itu berada di luar iman
( di luar kepercayaan ). Karena itu berpikir merupakan sesuatu yang berdiri sendiri. Hal ini sesuai metode dialiktika yang tanpa ragu-ragu di tunjukkan dalam teologi yaitu bahwa teologi harus
memberikan tempat bagi semua bukti-bukti. Dengan demikian dalam teologi itu iman hampir kehilangan tempat. Ia mencontohkan seperti ajaran trinitas juga
berdasarkan pada bukti-bukti, termasuk bukti dalam wahyu Tuhan
Ditandai dengan
pembentukan metode yang lahir karena hubungan yang rapat antara agama dan
filsafat. Yang tampak pada permulaan ialah persoalan tentang universalia.
Ajaran Agustinus dan neo-Platonisme mempunyai pengaruh yang luas dan kuat dalam
berbagai aliran pemikiran.
Pada periode ini, diupayakan
misalnya, pembuktian adanya Tuhan berdasarkan rasio murni, jadi tanpa
berdasarkan Kitab Suci (Anselmus dan Canterbury). Selanjutnya, logika
Aristoteles diterapkan pada semua bidang pengkajian ilmu pengetahuan dan
“metode skolastik” dengan pro-contra mulai berkembang (Petrus
Abaelardus pada abad ke-11 atau ke-12). Problem yang hangat didiskusikan pada
masa ini adalah masalah universalia dengan konfrontasi antara “Realisme”
dan “Nominalisme” sebagai latar belakang problematisnya. Selain itu, dalam abad
ke-12, ada pemikiran teoretis mengenai filsafat alam, sejarah dan bahasa,
pengalaman mistik atas kebenaran religious pun mendapat tempat.
Pengaruh alam pemikiran
dari Arab mempunyai peranan penting bagi perkembangan filsafat selanjutnya.
Pada tahun 800-1200, kebudayaan Islam berhasil memelihara warisan karya-karya
para filsuf dan ilmuwan zaman Yunani Kuno. Kaum intelektual dan kalangan
kerajaan Islam menerjemahkan karya-karya itu dari bahasa Yunani ke dalam bahasa
Arab. Maka, pada para pengikut Islam mendatangi Eropa (melalui Spanyol dan
pulau Sisilia) terjemahan karya-karya filsuf Yunani itu, terutama karya-karya
Aristoteles sampai ke dunia Barat. Dan salah seorang pemikir Islam adalah
Muhammad Ibn Rushd (1126-1198). Namun jauh sebelum Ibn Rushd, seorang filsuf
Islam bernama Ibn Sina (980-1037) berusaha membuat suatu sintesis antara aliran
neo-Platonisme dan Aristotelianisme.
Dengan demikian, pada
gilirannya nanti terbukalah kesempatan bagi para pemikir kristiani Abad
Pertengahan untuk mempelajari filsafat Yunani secara lebih lengkap dan lebih
menyeluruh daripada sebelumnya. Hal ini semakin didukung dengan adanya
biara-biara yang antara lain memeng berfungsi menerjemahkan, menyalin, dan
memelihara karya sastra.
2. Periode puncak perkembangan skolastik (1200-1300)
Masa
ini merupakan kejayaan Skolastik yang belangsung dari tahun 1200-1300, dan masa
ini juga di sebut masa berbunga. Karena pada itu ditandai dg munculnya
universitas-universitas atau ordo-ordo, yang secara bersama-sama ikut
menyelenggarakan atau memajukan ilmu pengetahuan, di samping juga peranan
universitas sebagai sumber atau pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan
Terdapat
beberapa faktor mengapa pada masa Skolastik mencapai pada puncak nya, yaitu :
a. Adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina sejak abad
ke-12 sehingga sampai abad ke-13 telah tumbuh menjadi ilmu pengetahuan yang
luas
b.
Tahun
1200 didirikan universitas Almamater di Perancis. universitas ini merupakan
gabungan dari beberapa sekolah. Almamater inilah sebagai awal ( embrio )
berdirinya universitas di perancis, di Oxford, dimont Pellier, di Cambridge,
dan lain-lain
c.
Berdirinya
ordo-ordo, ordo-ordo inilah yang muncul karena banyaknya perhatian orang
terhadap ilmu pengetahuan, sehingga menimbulkan dorongan yang kuat untuk memberikan
suasana yang semarak pada abad ke-13. Hal ini akan berpengaruh terhadap
kehidupan kerohanian di mana kebanyakan tokoh-tokohnya memegang peran di bidang
filsafat dan teologi seperti :
· Albertus de grote
· Thomas Aquinas
· Binaventura
· J.D.Scotus
· William Ocham
Upaya Pengkristenisasian Ajaran Aristoteles
Pada mulanya hanya sebagian ahli pikir yang membawa dan meneruskan
ajaran Aristoteles, akan tetapi upaya ini mendapatkan perlawanan dari
Augustinus. hal ini di karenakan adanya
suatu anggapan bahwa ajaran Aristoteles yang mulai di kenal pada abad ke-12
telah di olah dan tercemar oleh ahli pikir Arab ( Islam )
Hal ini dianggap sangat membahayakan ajaran Kristen. Keadaan yang
demikian ini bertolak belakang bahwa ajaran Aristoteles masih di ajarkan di fakultas-fakultas
bahkan di anggapnya sebagai pelajaran yang penting dan harus di pelajari
Untuk menghindari adanya pencemaran tersebut di atas ( dari ahli
pikir arab atau Islam ) maka Albertus Magnus dan Thomas Aquinas sengaja
menghilangkan unsur-unsur atau selipan dari Ibnu Rusyd dengan menerjemahkan
langsung dari bahasa latinnya.
Juga bagian-bagian ajaran Aristoteles yang bertentangan dengan
ajaran Kristen di ganti dg teori-teori baru yg bersumber pada ajaran Aristoteles
dan diselaraskan dengan ajaran Kristen. Langkah terakhir, dari ajaran
Aristoteles yg telah di selaraskan dg ajaran ilmiah ( suatu sintesa antara
kepercayaan dan akal )
Upaya Thomas Aquinas ini sangat berhasil dengan terbitnya sebuah
buku Summa Theologiae dan sekaligus merupakan bukti bahwa ajaran Aristoteles
telah mendapatkan kemenangan dan sangat mempengaruhi seluruh perkembangan
Skolastik
a.
Albertus Magnus ( 1206-1280 )
Di
samping sebagai biarawan Albertus Magnus juga di kenal sebagai cendekiawan abad
pertengahan. Ia lahir dengan nama Albert Von Bollstadt yang juga di kenal
sebagai ‘’ doctor Universalis ‘’ doktor magnus ‘’ kemudian bernama Albertus
Magnus ( Albert the Great ). Ia mempunyai kepandaian luar biasa. Di Universitas
Padua Ia belajar artes Liberales, Ilmu-ilmu pengetahuan alam, kedokteran,
filsafat Aristoteles, belajar teologi di Bulogna dan masuk ordo Dominican tahun
1223 kemudian masuk ke Koln menjadi dosen filsafat dan teologi
Terakhir
Ia di angkat sebagai uskup agung. Pola pemikiran nya adalah meniru Ibnu Rusyd
dalam menulis tentang Aristoteles. Dalam bidang ilmu pengetahuan Ia mengadakan
penelitian dalam ilmu biologi dan ilmu kimia
b. Thomas Aquinas (1225-1274 M.)
Puncak kejayaan masa
skolastik dicapai melalui pemikiran Thomas Aquinas (1225-1274
M.). Lahir di Roccasecca, Italia 1225 M dari kedua orang tua bangsawan[9].
Nama sebenarnya adalah Santo Thomas Aquinas, yang artinya Thomas yg
suci dari Aquinas. Di samping Ia sebagai ahli pikir juga seorang dokter gereja
bangsa Italia. Ia lahir di Rocca Secca, Napoli, Italia. Ia sebagai tokoh
terbesar Skolastisisme,salah seorang suci gereja Katolik Romawi & pendiri
aliran yang di nyatakan menjadi filsafat resmi gereja katolik. Tahun 1245
belajar pada Albertus Magnus.
Menjadi guru besar dalam ilmu
agama di Perancis tahun 1250 dan tahun 1259 menjadi guru besar dan penasihat
Paus
Karya
Thomas Aquinas telah menandai taraf yang tinggi dari aliran Skolastisisme pada
abad pertengahan. Ia berusaha untuk membuktikan, bahwa Iman Kristen secara
penuh dapat di benarkan dengan pemikiran logis. Ia telah menerima pemikiran
Aristoteles sebagai otoritas tertinggi ttg pemikirannya yg logis. Menurut pendapatnya, semua kebenaran asalnya
dari Tuhan. Kebenaran di ungkapkan dengan jalan yang berbeda-beda, sedangkan iman
berjalan di luar jangkauan pikiran. Ia menghimbau agar orang-orang untuk
mengetahui hukum alamiah ( pengetahuan ) yang terungkap dalam kepercayaan. Tidak ada kontradiksi antara pemikir dan iman. Semua kebenaran mulai timbul
secara ketuhanan, walaupun Iman diungkapkan lewat beberapa kebenaran yang berada di luar kekuatan pikir
Thomas telah menafsirkan pandangan bahwa Tuhan sebagai
tukang boyong yang tidak berubah dan yang tidak berhubungan dengan atau tidak mempunyai pengetahuan tentang kejahatan-kejahatan di dunia. Tuhan
tidak pernah mencipta dunia tetapi zat dan pemikirannya tetap abadi. Selanjutnya
Ia katakan, bahwa Iman lebih tinggi dan berada di luar pemikiran yang berkenaan
sifat Tuhan dan alam semesta. Timbulnya pokok persoalan yang actual dan praktis
dari gagasannya adalah “ pemikirannya dan kepercayaannya telah menemukan
kebenaran mutlak yang harus diterima oleh orang-orang lain “ pandangannya
inilah yang menjadikan perlawanan kaum protestan. Karena sikapnya yang otoriter
Thomas
sendiri menyadari bahwa tidak dapat menghilangkan unsur-unsur Aristoteles.
Bahkan Ia menggunakan ajaran Aristoteles, tetapi system pemikirannya berbeda.
Masuk nya unsure Aristoteles ini di dorong oleh kebijakan pimpinan gereja Paus
Urbanus V ( 1366 ) yang memberikan angin segar untuk kemajuan filsafat.
Kemudian Thomas mengadakan langkah-langkah yaitu :
Ø Langkah pertama, Thomas menyuruh teman sealiran Willem van Moerbeke
untuk membuat terjemahan baru yg langsung dari Yunani. Hal ini untuk melawan
Aristotelianisme yg berorientasi pada Ibnu Rusyd dan upaya ini mendapat
dukungan dari Siger Van Brabant
Ø Langkah kedua pengkristenan ajaran Aristoteles dari dalam
bagian-bagian yang bertentangan dengan apa yang di anggap Kristen bertentangan
sebagai firman Aristoteles, tetapi di upayakan selaras dg ajaran Kristen
Ø Langkah ketiga, ajaran Aristoteles yg telah dikristenisasi kan di
pakai untuk membuat sintesa yang lebih bercorak ilmiah ( sintesa deduktif
antara iman dan akal ) Sistem barunya itu untuk menyusun Summa Theologiae
Ia mendapat gelar “The
Angelic Doctor”, karena banyak pikirannya, terutama dalam “SummaTheologia”
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari gereja. Menurutnya, pengetahuan
berbeda dengan kepercayaan. Pengetahuan didapat melalui indera dan diolah akal.
Namun, akal tidak mampu mencapai realitas tertinggi yang ada pada daerah
adikodrati. Ini merupakan masalah keagamaan yang harus diselesaikan dengan
kepercayaan. Dalil-dalil akal atau filsafat harus dikembangkan dalam upaya
memperkuat dalil-dalil agama dan mengabdi kepadaTuhan. Aquinas merupakan theolog
skolastik yang terbesar. Ia adalah murid Albertus Magnus. Albertus mengajarkan
kepadanya filsafat Aristoteles sehingga ia sangat mahir dalam
filsafat itu. Pandangan-pandangan filsafat Aristoteles diselaraskannya dengan
pandangan-pandangan Alkitab. Ialah yang sangat berhasil menyelaraskan keduanya
sehingga filsafat Aristoteles tidak menjadi unsur yang berbahaya bagi iman
Kristen. Pada tahun1879, ajaran-ajarannya dijadikan sebagai ajaran yang sah
dalam Gereja Katolik Roma oleh Paus Leo XIII.
Thomas mengajarkan
Allah sebagai “ada yang tak terbatas” (ipsum esse subsistens). Allah
adalah “dzat yang tertinggi”, yang mempunyai keadaan yang paling tinggi. Allah
adalah penggerak yang tidak bergerak. Tampak sekali pengaruh filsafat
Aristoteles dalam pandangannya. Dunia ini dan hidup manusia terbagi atas dua
tingkat, yaitu tingkat adikodrati dan kodrati, tingkat atas dan bawah. Tingkat
bawah (kodrati) hanya dapat dipahami dengan mempergunakan akal. Hidup kodrati
ini kurang sempurna dan ia bisa menjadi sempurna kalau disempurnakan oleh hidup
rahmat (adikodrati). “Tabiat kodrati bukan ditiadakan, melainkan disempurnakan
oleh rahmat,” demikian kata Thomas Aquinas
Thomas memberi 5 (lima) bukti adanya Tuhan:
1) Adanya gerak didunia mengharuskan kita menerima bahwa ada penggerak pertama
yaitu Allah. Menurut Thomas apa yang bergerak tentu digerakkan oleh sesuatu
yang lain. Gerak menggerakkan ini tidak dapat berjalan tanpa batas. Maka harus
ada penggerak pertama. Penggerak pertama ini adalah Allah.
2) Di dalam dunia yang diamati terdapat suatu tertib sebab-sebab yang membawa
hasil atau yang berdaya guna. Tidak pernah ada sesuatu yang diamati yang
menjadi sebab yang menghasilkan dirinya sendiri. Oleh karena itu, maka harus
ada sebab berdaya guna yang pertama, inilah Allah.
3) Di dalam alam semesta terdapat hal-hal yang mungkin ada dan tidak ada. Oleh
karena semuanya itu tidak berada sendiri tetapi diadakan, dan oleh karena
semuanya itu dapat rusak, maka ada kemungkinan semua itu ada, atau semuanya itu
tidak ada. Jikalau segala sesuatu hanya mewujudkan kemunginan saja, tentu harus
ada sesuatu yang adanya mewujudkan suatu keharusan. Padahal sesuatu yang adanya
adalah suatu keharusan, adanya itu disebabkan oleh sesuatu yang lain,
sebab-sebab itu tak mugkin ditarik hingga tiada batasnya. Oleh karena itu,
harus ada sesuatu yang perlu mutlak, yang tak disebabkan oleh sesuatu yang
lain, inilah Allah.
4) Diantara segala yang ada terdapat ha-hal yag lebih atau kurang baik, lebih
atau kurang benar dan lain sebagainya. Apa yang lebih baik adalah apa yang
lebih mendekati apa yang terbaik. Jadi jikalau ada yang kurang baik, yang baik
dan yang lebih baik, semuanya mengharuskan adanya yang terbaik. Dari semuanya
dapat disimpulkan bahwa harus ada sesuatu yang menjadi sebab daris segala yang
baik, segala yang benar, segala yang mulia. Yang menyebabkan semuanya itu
adalah Allah.
5) Kita menyaksikan, bahwa segala sesuatu yang tidak berakal seperti umpamanya
tubuh alamiah, berbuat menuju pada akhirnya. Dari situ tampak jelas, bahwa
tidak hanya kebetulan saja semuanya itu mencapai akhirnya, tapi memang dibuat
begitu. Maka apa yang tidak berakal tidak mungkin bergerak menuju akhirnya,
jikalau tidak diarahkan oleh suatu tokoh yang berakal, berpengetahuan. Inilah
Allah.
Kelima bukti itu memang dapat menunjukkan, bahwa ada suatu tokoh yang
menyebabkan adanya segala sesuatu, suatu Tokoh yang berada karena diriNya
sendiri. Akan tetapi semuanya itu tidak dapat membuktikan kepada kita akan
hekekat Allah yang sebenarnya. Dengan semuanya itu, kita hanya tahu bahwa Allah
ada. Sekalipun demikian dapat juga dikatakan,bahwa orang memang memiliki
beberapa pengetahuan filsafati tentang Allah
3. Periode Skolastik lanjut atau akhir (abad ke-14-15)
Periode skolastik Akhir
abad ke 14-15 ditandai dengan pemikiran islam yang berkembang kearah
nominalisme ialah aliran yang berpendapat bahwa universalisme tidak memberi
petunjuk tentang aspek yang sama dan yang umum mengenai adanya sesuatu hal.
Kepercayaan orang pada kemampuan rasio member jawaban atas masalah-masalah iman
mulai berkurang. Ada semacam keyakinan bahwa iman dan pengetahuan tidak dapat
disatukan. Rasio tidak dapat mempertanggungjawabkan ajaran Gereja, hanya iman
yang dapat menerimanya.
Masa
ini ditandai dengan adanya rasa jemu terhadap segala macam pemikiran filsafat yang
menjadi kiblatnya, sehingga memperlihatkan
stagnasi ( Kemandegan ) diantara tokoh-tokohnya :
ü William Ockham ( 1285-1349 )
Anggota ordo Fransiskan
ini mempertajam dan menghangatkan kembali persoalan mengenai nominalisme yang
dulu pernah didiskusikan. Sebagai ahli
pikir Inggris yg beraliran Skolastik . karena Ia terlibat dalam pertengkaran
umum dg paus John XXII, Ia di penjara di Avignon, tetapi Ia dapat melarikan
diri dan mencari perlindungan pada kaisar Louis IV. Ia menolak ajaran Thomas
dan mendalilkan bahwa kenyataan itu hanya terdapat pada benda-benda satu demi
satu, dan hal-hal yg umum itu hanya tanda-tanda abstrak
Menurut
pendapatnya, pikiran manusia hanya dapat mengetahui barang-barang atas
kejadian-kejadian individual dan konsep-konsep atau kesimpulan-kesimpulan umum
ttg alam hanya merupakan abstraksi buatan tanpa kenyataan. Pemikiran yg hanya
demikian ini dapat dilalui hanya lewat intuisi bukan lewat logika. Di samping
itu Ia membantah anggapan Skolastik bahwa logika dapat membuktikan doktrin
teologis. Hal ini akan membawa kesulitan dirinya yg pada waktu itu sebagai
penguasanya Paus John XXII
ü Nicolas Cusasus ( 1401-1464 )
Selanjutnya, pada akhir
periode ini, muncul seorang pemikir dari daerah yang sekarang masuk wilayah
Jerman. Ia menampilkan “pengetahuan mengenai ketidaktahuan” ala Sokrates dalam
pemikiran kritisnya:”Aku tahu bahwa segala sesuatu yang dapat ku ketahui
bukanlah Tuhan”. Pemikir yang memiliki minat besar pada kebudayaan
Yunani-Romawi Kuno ini adalah orang yang mengatur kita memasuki zaman baru,
yakni zaman Modern, yakni zaman Modern yang diawali oleh zaman Renaissans,
zaman “kelahiran kembali” kebudayaan Yunani-Romawi di Eropa mulai abad ke-16.
Ia
sebagai tokoh pemikir yg berada paling akhir masa Skolastik. Menurut pendapatnya, terdapat tiga cara untuk
mengenal yaitu :
1.
Lewat
Indra
2.
Akal
3.
Intuisi
Dengan indra kita akan mendapatkan pengetahuan tentang benda-benda
berjasad yang sifatnya tidak sempurna. Dengan akal kita akan mendapatkan bentuk
- bentuk pengertian yang abstrak berdasar pada sajian atau tangkapan indra.
Dengan Intuisi kita akan mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi
hanya dengan intuisi inilah kita akan dapat mempersatukan apa yang oleh akal
tidak dapat di persatukan. Manusia seharusnya menyadari akan keterbatasan akal
shg banyak hal yang seharusnya dapat di ketahui. Oleh karena keterbatasan akal
tersebut. maka hanya sedikit saja yg dapat di ketahui oleh akal. Dengan intuisi
inilah di harapkan akan sampai pada kenyataan yaitu suatu tempat di mana segala
sesuatu bentuknya menjadi larut, yaitu Tuhan
Pemikiran Nicolaus ini sebagai upaya mempersatukan seluruh
pemikiran abad pertengahan yang di buat kesuatu sintesa yang lebih luas .
sintesa ini mengarah ke masa depan dan pemikiran nya ini tersirat suatu
pemikiran para humanis
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Zaman pertengahan ialah zaman dimana Filsafat Abad Pertengahan dicirikan
dengan adanya hubungan erat antara agama Kristen dan filsafat. Dilihat secara
menyeluruh, filsafat Abad Pertengahan memang merupakan filsafat Kristiani. Para
pemikir zaman ini hampir semuanya klerus, yakni golongan
rohaniwan atau biarawan dalam Gereja Katolik (misalnya uskup, imam, pimpinan
biara, rahib), minat dan perhatian mereka tercurah pada ajaran agama kristiani.
filsafat Skolastik adalah filsafat yang mendominasikan kepada ilmu
pengetahuan, berfikir dan yang dipengaruhi oleh ajaran ajaran yang mempengaruhi
persoalan persoalan berpikir seseorang .Filsafat Skolastik muncul pada abad
ke-8 Masehi setelah pemikiran filsafat patristik mulai merosot pada abad ke-5
hingga ke-7. Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya filsafat Skolastik
adalah faktor religius dan faktor ilmu pengetahuan.
No comments:
Post a Comment